Sabtu, 31 Juli 2010

A right to be wrong

If only I could turn back time
If only I had saved what I still had
If only I could turn back time
I would stay for the night
For the night

Sepenggal bait lagu lawasnya aqua. Didendangkan dengan sendu dan mendayu-dayu.

Pasti banyak manusia di planet ini, termasuk gua, yang pernah atau mungkin sedang ingin memutar kembali waktu. Tentunya didasari rasa sesal yang teramat dalam.
Seperti film yang sempat gua tonton: prince of persia (the sands of time).

Inti ceritanya cukup simple. Pamannya dastan, the main villain in this movie, pengen mengulang waktu supaya ayahnya dastan, which is the king, bisa mati aja diterkam singa ketika mereka masih remaja dan si paman bisa jadi raja.

Ngga Cuma Prince of Persia aja kok yang ngangkat topik turn back time ini. Masih ada 13 going on 30, yang diperanin sama jennifer garner.

Gua inget jelas ada dialog antara mamanya jenna dan dia di dapur, ketika si jenna rink ini lagi pulang ke rumah orang tuanya.

Jenna: Mom, do you ever wish you could go back like to another time?
Mom: I wouldn’t mind giving back some of these wrinkles.
Jenna: Okay, if you were given one do-over, anything in your life, what would it be?
Mom: Nothing.
Jenna: Really?
Mom: Really.
Jenna: But did you ever make a big mistake? Or a huge one that could change your life? What about that?
Mom: Well, Jenna, I know I made a lot of mistakes, but I don’t regret making any of them.
Jenna: How come?
Mom: Because if I hadn’t have made them, I wouldn’t have learned how to make things right.

gak ngerti ya? hehehe sini deh gua translate-in. gak pas banget sih, tapi kan lumayanan.

Anak: Ma, kalau mama diberi satu kesempatan untuk mengubah sesuatu dari masa lampau, apakah yang ingin mama ubah?
Mama: Hmm... ... ... Tidak ada...
Anak: Sungguh?
Mama: Sungguh.
Anak: Tapi Mama pasti pernah berbuat kesalahan di masa lampau. Tidakkah mama ingin untuk mengubah kesalahan-kesalahan itu?
Mama: Aku tahu kalau aku sudah banyak berbuat kesalahan, tapi aku tidak pernah menyesali semua kesalahan itu.
Anak: bagaimana bisa?
Mama: karena jika aku tidak melakukan kesalahan itu, aku tidak akan pernah belajar untuk memperbaiki suatu kesalahan.

Ya, bener banget. Kalo kita ngga ngerasain yang namanya nyesel, kita ngga akan pernah belajar bahwa kita pernah salah. Dan kesalahan lah yang punya andil untuk nempa kita untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Hidup ini terdiri dari pilihan demi pilihan. Alur hidup kita bisa maju kalo kita milih. Dan membuat pilihan itu ngga mudah. Ngga semudah nurunin celana atau nyisir rambut. Pilihan itu dilematis.

Setiap pilihan punya konsekuensi, punya untung rugi. Dan jika sudah memilih, kita harus terima apapun resikonya. In the other words, tanggung jawab.

Mungkin beberapa bulan yang lalu gue masih menyesali pilihan yang udah gue ambil, mungkin beberapa bulan yang lalu gue masih menyesali tindakan yang sudah gue perbuat ke pihak tertentu.

Tapi sekarang, kalo dipikir-pikir lagi, why regret??
Sekarang gua cukup hepi kok. Pilihan-pilihan tersebut sudah membentuk gua yang sekarang dan gue cukup puas dengan diri gue. Dan gue nerima satu pelajaran penting: pilihan yang didasarkan kata hati ngga akan berakhir jelek.

Pilihan yang lain pun belum tentu akan membuat kita hepi. Jika sudah lewat, untuk apa dipikirkan? Untuk apa disesalkan? Bukankah lebih baik mempergunakan waktu untuk membuat pilihan yang sekarang ini menjadi nyaman?

Karena mungkin saja ¾ waktu hidup manusia memang dialokasikan untuk berbuat kesalahan, supaya ¼ waktu sisanya bisa digunakan dengan bijak.

Who knows??

Layaknya lirik lagu Joss Stone:
I’ve got a right to be wrong
My mistakes will make me strong Read more...